Sebutkan dan jelaskan dua metode translasi mata uang asing?
Jawab :
1. Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan
operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang
otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah lingkungan
akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut
mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari
laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan
dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode
kurs berlaku.
Karena semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya
dikalikan dengan suatu konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil
keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam laporan
konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk
perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode
kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode
kurs berlaku dipersalahkan oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari
laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan
pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan
perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta
tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit
pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan
mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat
dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva
dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya
adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000;
dari perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1,
biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis)
tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran,
nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan
bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu,
mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan
oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator perubahan nilai
intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan
dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
2.Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar
berjalan dan historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas
berikut ini.
Metode berlaku-historis.
Berdasarkan pendekatan
berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun
1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri
ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan
kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs
historis.Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan
amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi
atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan
dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs
historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh. Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan.
Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi
yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan
mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan
dalam proses transiasi.
Metode moneter-nonmoneter.
Seperti halnya metode
berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca
untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Karena item-item moneter
diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item
valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai
realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode Temporal
Menurut pendekatan temporal, translasi
valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai
tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut
suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran.
Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi
persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur
berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang
dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar pada saat
jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika
item¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu,
beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan
keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar.
Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan
basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing
adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang
berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal
dengan demikian menyatakan bahwa uang, piutang, dan hutang yang diukur pada
jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada
tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga
uang tersebut.
sumber :
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/06/prosedur-translasi-laporan-keuangan-mata-uang-asing-sesuai-ifrs-part-1/
http://hati-sitinurlola.blogspot.com/2012/06/bab-6-dan-7-translasi-mata-uang-asing.html
http://www.academia.edu/5079207/TRANSLASI_MATA_UANG_ASING
0 komentar:
Posting Komentar